Kebesaran Jiwa dan Kepercayaan Diri (bagian II)


Apa yang membuat orang tidak pernah merasa lelah dalam usahanya mewujudkan cita-cita, atau tidak mudah menyerah dalam perjuangan sekali pun ia mengahadapi tantangan-tantangan yang berat? Tidak lain dan tidak bukan hal itu terhubung dengan suatu pengertian atau pemahaman tentang hidup yang sudah menjadi milik orang itu.


Memiliki hidup bukanlah tindakan egoistis, tetapi mengungkapkan tanggung jawab manusiawi yang paling dasariah. Untuk memiliki hidupnya seseorang membutuhkan PENERIMAAN atas diri dan dunia sekitar tempat dimana dia hidup. Penerimaan ini bukanlah semata penerimaan pada hal-hal yang menyengkan atau yang sesuai dengan harapan saja, melainkan PENERIMAAN SEUTUHNYA atas diri dan dunia, apa adanya.

Menerima diri dan dunia apa danya bukanlah tindakan menyerah secara pasif pada keadaan, melainkan tahap paling awal dari pertumbuhan pribadi seseorang. Bila bongkah batu besar penolakan diri sudah terpecah, pada saat itu orang menemukan pengalaman DAMAI dan PERCAYA. Peneguhan terus-menerus akan pengalaman damai dan terpercaya ini pada gilirannya membangun KEBESARAN JIWA. Dan kebesaran jiwa yang terbangun membangkitkan KEBANGGAAN dan mengikis KEPONGAHAN. Hingga kemudian orang mendapati dirinya begitu MUDAH BERSYUKUR, KREATIF, dan INOFATIF.

Efektif tidaknya penerimaan diri dan dunia pada pertumbuhan pribadi seseorang tidak tergantung pada soal orang tahu atau tidak mengenai penerimaan itu, melainkan: APAKAH ORANG MENGALAMINYA ATAU TIDAK? Maka dalam hal ini, yang pokok adalah pengalaman. Soal mengetahui dan mengalami adalah dua hal yang berbeda.

Tentang pengalaman, serng dikatakan bahwa dari pengalaman orang lain, seseorang bisa belajar tentang hidup. Tetapi dari pengalaman-pengalamannya sendiri, seseorang menyelami hidup secara jujur, bermartabat, dan tidak mengada-ada. TErhadap kisah pengalaman orang lain yang didengarnya, mungkin seseorang sampai menitihkan air mata karena terharu dan merasa sedih. Tetapi terhadapa pengalamanya sendiri, apakah ia juga mampu menitihkan air mata?

Pada orang yang memiliki hidup, pengalaman masa lalu adalah guru dan masa depan adalah peluang emas. Sedangkan, masa kini adalah penentu pilihan. Akal budi yang jernih, hati nurani yang benar, kehendak yang bebas, serta imajinasi yang menyala akan hidup membimbingnya dalam perjalanan. Dan memang, pada perjalanan itu bukan suatu kepastan akan segala sesuatu yang didapatkan, tetapi ia mengalami suatu KETEGUHAN akan hidup yang dijalani.

Inilah wilayah orang-orang dewasa, dimana mereka menemukan keteguhan diri yang bertumbuh dari suatu peristiwa ke peristiwa lain. Bagi mereka ini, kelemahan diri dan kegagalan bukannya melumpuhkan, melainkan justru menjelma menjadi pintu kekuatan dan kesuksesan. Merekala orang-orang yang TAHAN BANTING dan TAHAN UJI. Mereka melihat hidup dalam keseluruhan, dan menjalani proses menuju keutuhannya dengan tekun dalam pilihan-pilihan yang mendewasakan.

Bagi mereka, kesempatan dan ruang dalam hidup adalah perwujudan dan pemberian diri yang terbaik selagi mungkin. Itulah perwujudan dari "GIVING THE BEST IN YOUR LIVE, NOW AND HERE". O_C

Komentar

http://hegerma2.blogspot.com/2008/10/upaya-pengalihan-perhatian-di-papua.html

http://obamaia.multiply.com/journal/item/177/RETUR_WEST_PAPUA_NOT_BY_FREE_CHOICES_AND_AN_INVALIDATES_PROSES_DEMOCRACTICES

Popular

Contoh Alat Ungkap Masalah Siswa dan Lembar Respon dalam Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Alasan Memulai Kembali