Untukumu Sang Pria Pecundang…

Untukumu Sang Pria Pecundang…
Kutuliskan kemarahanku padamu sang pecundang yang telah menghianati hati wanita.
Aku tahu aku bukanlah siapa-siapa dimatamu, tapi yang harus kau ingat bahwa aku adalah sahabat dari perempuan yang kau hianati.

Kupertanyakan padamu hai kau yang sedang berlari dari kenyataan.
Dimana pangkatmu sebagai seorang kakak?
Dimana pangkatmu sebagai seorang intelektual?
Dimana pangkatmu sebagai seorang sarjana yang mengerti tentang seluk beluk dan perilaku tentang manusia. Apakah semua itu bohong?
Dimana pangaktmu sebagai seorang laki-laki Papua?
Teganya kau melakukanya pada sahabatku.
Kau meninggalakan dia saat dia meminta pengakuanmu atas perlakuanmu.
Mana?Mana? dan mana?. Mana tanggung jawabmu sebagai seorang laki-laki Papua?

Aku merasa menyesal dan percuma memiliki kakak laki-laki sepertimu. Tak kau hiraukan perasaan wanita.

Akan kuberitahuan kepadamu bahwa kini ia telah melahirkan seorang anak laki-laki yang akan meneruskan keturunanmu sesuai garis keturunan adat Papua. Saat seperti ini malah kau lari meninggalkan tanggung jawabmu sebagai seorang ayah, kau malah mengucilkannya dan tidak kau akui bahwa bayi mungil itu adalah anakmu. Kau malah menyakiti perasaanya dengan membawa wanita lain dalam kehidupanmu. . oh Tuhan dimanakah keadilanmu untuk sahabatku?. Kau malah berbicara soal keadailan dan kebenaran tentang tanah Papua seolah kau mengerti semuanya. Padahal semua yang kau katakan adalah bohong dan tidak sesuai dengan sejarah dan kenyataan. Kau tahu bahwa kau telah membutakan semua orang Papua mengenai sejarah Perjuangan Bangsa Papua. Omonganmu didepan umum seolah tanpa dosa dan benar adanya. Ingin kugampar mukamu dan mengajakmu berbicara mengenai persoalan sahabatku. Kau pandai berbicara tapi sayang kau tak pandai untuk mempraktekanya.

Saat ini sahabatku hanya ingin meminta pengakuan dari perlakuanmu dan mau mengakui bahwa bayi mungil yang manis itu adalah anakmu. itu saja…… tidak untuk hidup bersamanya selamanya. Kau tahu betapa baiknya dia sehingga sahabatku mengatakan seperti itu padamu. Hati-hati jangan bermain api kalau kau sendiri takut api.

Dahulu aku mengaggapmu sebagai cerminan kakak yang berintelektual tinggai hingga kau meneruskan kuliah S2 mu di Universitas ternama di Negeri Penjilat ini, membuatku bangga padamu karena kau mampu bersaing dengan mereka tapi sayang dan beribu maaf kukatakan kepadamu bahwa saat ini semua itu telah luntur dan diamtaku kau tak ada bedanya dengan seorang lulusan TK.

Maaf aku membutuhkan waktu untuk memafkanmu kakak…
Turut merasakan apa yang dirasakan sahabatku membuat dadaku sesak.
Sahabatku, semoga kau tabah dan sabar untuk menerima semua kejadian ini.

Kutuliskan untukmu sahabatku:
Paingan O_C 22 November 2011 1:33PM

Komentar

Popular

Contoh Alat Ungkap Masalah Siswa dan Lembar Respon dalam Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Alasan Memulai Kembali