Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2010

Harmoni Kehidupan

Ingin ku berlari jauh Tapi kaki ini tak mampu. Ingin ku melompat tinggi hingga mengenai tangga awan Tapi sayang badan ini tak sanggup. Ingin ku terbang tinggi meninggalkan bumi ini Tapi apalah… sayang badan ini tak memiliki sayap. ketika Semuanya bercampur Menggugah kalbu Hampir tak sanggup untuk menahan semua ini Rasa dan pikiran yang tak menyatu. Susah senang setengah kendi Harmoni kehidupan yang terus mengalun Serasa memanggil jiwaku untuk terus bernari Tanpa mengenal siang dan malam Kenapa mata dan otak tak bersatu Kenapa badan dan otak tak bersatu Kenapa pikiran dan kenyataan ini tak sama Kenapa tahu tapi tak bisa menolak dan berontak Kuatkanlah dan lindungilah Yang muda dalam semangat, Penuh impian dan harapan Sarat energi dan gairah Ingin suatu hari nanti Tifa kehidupan ditabuh Semua dengan ekspresi kebebasanya bernari Diatas tanahnya yang subur… (O_C).Puren, 15 Juli 2010

Dengarkanlah

Serasa sesak didadaku Mencoba tuk menghela nafas Tetap saja… Huf…. Suara komputer tua Menghiasi malam kelabu ini Oh… Serasa mengalahkan suaraku yang ingin menjerit Tapi sayang tak ada satu pun yang mendengarkanku sakit… mungin ku salah dalam menafsirkan pikiranku hm…. Hembusan kipas ini Menemaniku merenung dalam sepi ditengah perih hati Akankah semua berakhir Tolong dengarkanlah aku! Jagad raya dengan kekeuatan batinku… ingunku berteriak Melepas batu dalam dadaku Semua membisu… Ya semua membisu Siapakah aku ini? Serasa berjalan dalam kegelapan Seharusnya ku bertahan… Yah bertahan Bertahan dalam kesesakan O_C (Puren, 25 Feb 2010 {23:19})

Ketika Sistem Dihadapkan dengan Kebersamaan

(sebuah catatan refleksi) Ketika sistem dihadapkan dengan rasa kebersamaan kita, apa yang akan terjadi?. Itulah yang ada dibenak saya setelah mengikuti proses pemilihan Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa/i Papua (IPMAPA), walaupun tidak sampai selesai hingga penetapan ketua terpilih. Mengapa saya mengatakan demikian karena jujur saya merasa tidak dianggap sebagai mahasiswa Papua yang sedang mengeyam pendidikan di kota Yogyakarta dan memiliki hak untuk menetukan pemilihan ketua yang juga secara tidak langsung akan menentukan keberadaan saya sebagai mahasiswa Papua di kota Yogyakarta. Suara saya tidak diinginkan dan tidak dianggap untuk memilih ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua (IPMAPA) hanya karena terlambat untuk mendaftar sebagai pemilih. Saya dapat menerima peraturan yang telah ditetapkan oleh panitia bahkan saya merasa telah berusaha semaksimal mungkin untuk menaatinya dari awal rapat hingga detik-detik terakhir pemilihan ketua. Saya merasa saya telah menghormati Panitia...